Usia kami hanya terpaut dua tahun. Perbedaan yang dulu –saat masih belia, halah!- belum termaknai dengan baik, yang membuat kami seringkali bertengkar. Sekedar adu argumen, ngambeg-ngambeg-an, hingga “maen fisik” sampe mama ngasi pisau satu masing-masingnya dan kami terdiam ga berkutik, hehe..
Uni..
Sejak kecil telah tempatkan diri sebagai “kakak”ku. Dulu, hal ini sempat termanifestasi dengan sifat bossy-nya, hehe.. Naluri sebagai anak pertama membuatnya ingin mengatur, memegang kendali dan mengambil keputusan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan denganku. Aku rasa, itu bentuk kepedulian dan rasa sayangnya.. karena Uni ingin yang terbaik untukku, bukan? :)
Sejak dulu.. hingga saat ini… kami banyak berbagi rasa.. Ruang rahasia di antara kami berdua rasanya sangatlah sempit. Aku dan Uni selalu berusaha membuka diri. Karena hal ini.. hubungan kami pun makin dekat.. Kedekatan yang sempat memunculkan kata “iri” dari sahabatku yang merasa tidak dekat dengan sodara perempuannya. Tentu saja bukan berarti ga da masalah atau konflik, hanya saja tingkat saling membutuhkan di antara kami seringkali membuat kami pada akhirnya memilih tidak menuruti ego masing-masing.
Sejak aku memasuki SMU, rasanya hubunganku dan Uni semakin bertambah dekat. Ntah bagaimana, rasanya saat inilah aku mulai belajar memaknai rasa sayangku pada Uni. Sulit dijelaskan.. namun, yang aku ingat, aku ingin melihat Uni selalu bahagia. Hingga melihat Uni sedih atau terluka, bisa menggangguku dan aku pun ikut menangis bersamanya. Aku ingat, suatu saat, aku pernah nyamperin seseorang... “melabrak”, memarahi hingga memintanya untuk tidak menyakiti Uniku lagi... ah, remaja seringkali impulsif, bukan? :)
Sejak Uni pindah ke Bandung dan kami berpisah untuk pertama kalinya, aku merasa kesepian. Aku sering merasa kangen dengannya.. Sebenarnya, aku tidak terbiasa mengungkapkan secara eksplisit apa yang kurasakan terhadap Uni.. ntah itu saat marah atau kesel padanya, saat senang karena bersamanya, saat aku kangen dengan kebersamaan kami.. apalagi mengucapkan kata “sayang” atau “cinta” padanya, wah..wah.. bisa dibilang sangat jarang sekali pun!! Tapi, kami saling mengerti. Seringkali tak perlu kata untuk menjelaskan sesuatu pada orang yang saling terpaut hatinya, bukan?.. Aku percaya, ada komunikasi pada tatapan mata, sentuhan, gerak tubuh, ekspresi wajah, juga sinyal-sinyal hati..
Sejak kami berpisah, mungkin ditunjang juga dengan proses pendewasaan pada diri masing-masing, buatku sendiri.. hubungan kami terasa makin baik.. komunikasi via sms dan telfon tetap terjaga.. dan saat berkumpul bersama lagi selalu jadi hal yang kutunggu-tunggu.. bukankah terkadang intensitas lebih penting dibandingkan frekuensi? ah, jadi teringat dengan kata-kata seorang Bunda.. :) *once upon a time in a sparkling nite*
Saat ini..
Uniku sedang bersiap menghadapi episode kehidupan berikutnya... Aku, seperti Mama dan keluarga lain, ikut larut dalam kebahagiaan prosesnya ini. Aku mulai belajar mengenal sosok dia yang akan mendampingi Uniku. Selalu berdoa.. semoga ini adalah skenario terbaik dariNya untuk Uni dan Uda.. Semoga Uda jadi orang yang bisa membahagiakan Uni.. selamanya..
Hanya saja.. ntah kenapa ada sedikit cemburu pada dia yang akan segera membawa Uni.. Ada sekelumit rasa khawatir.. bahwa aku akan “ditinggalkan”...
Hmmm... sepertinya…. aku mengerti...
Ini semua…. karena aku takut “kehilangan” Uni –tersayang-….