Sunday, April 20, 2008

I Do Pray For Ur Happiness, But....

Usia kami hanya terpaut dua tahun. Perbedaan yang dulu –saat masih belia, halah!- belum termaknai dengan baik, yang membuat kami seringkali bertengkar. Sekedar adu argumen, ngambeg-ngambeg-an, hingga “maen fisik” sampe mama ngasi pisau satu masing-masingnya dan kami terdiam ga berkutik, hehe..

Uni..
Sejak kecil telah tempatkan diri sebagai “kakak”ku. Dulu, hal ini sempat termanifestasi dengan sifat bossy­-nya, hehe.. Naluri sebagai anak pertama membuatnya ingin mengatur, memegang kendali dan mengambil keputusan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan denganku. Aku rasa, itu bentuk kepedulian dan rasa sayangnya.. karena Uni ingin yang terbaik untukku, bukan? :)

Sejak dulu.. hingga saat ini… kami banyak berbagi rasa.. Ruang rahasia di antara kami berdua rasanya sangatlah sempit. Aku dan Uni selalu berusaha membuka diri. Karena hal ini.. hubungan kami pun makin dekat.. Kedekatan yang sempat memunculkan kata “iri” dari sahabatku yang merasa tidak dekat dengan sodara perempuannya. Tentu saja bukan berarti ga da masalah atau konflik, hanya saja tingkat saling membutuhkan di antara kami seringkali membuat kami pada akhirnya memilih tidak menuruti ego masing-masing.

Sejak aku memasuki SMU, rasanya hubunganku dan Uni semakin bertambah dekat. Ntah bagaimana, rasanya saat inilah aku mulai belajar memaknai rasa sayangku pada Uni. Sulit dijelaskan.. namun, yang aku ingat, aku ingin melihat Uni selalu bahagia. Hingga melihat Uni sedih atau terluka, bisa menggangguku dan aku pun ikut menangis bersamanya. Aku ingat, suatu saat, aku pernah nyamperin seseorang... “melabrak”, memarahi hingga memintanya untuk tidak menyakiti Uniku lagi... ah, remaja seringkali impulsif, bukan? :)

Sejak Uni pindah ke Bandung dan kami berpisah untuk pertama kalinya, aku merasa kesepian. Aku sering merasa kangen dengannya.. Sebenarnya, aku tidak terbiasa mengungkapkan secara eksplisit apa yang kurasakan terhadap Uni.. ntah itu saat marah atau kesel padanya, saat senang karena bersamanya, saat aku kangen dengan kebersamaan kami.. apalagi mengucapkan kata “sayang” atau “cinta” padanya, wah..wah.. bisa dibilang sangat jarang sekali pun!! Tapi, kami saling mengerti. Seringkali tak perlu kata untuk menjelaskan sesuatu pada orang yang saling terpaut hatinya, bukan?.. Aku percaya, ada komunikasi pada tatapan mata, sentuhan, gerak tubuh, ekspresi wajah, juga sinyal-sinyal hati..

Sejak kami berpisah, mungkin ditunjang juga dengan proses pendewasaan pada diri masing-masing, buatku sendiri.. hubungan kami terasa makin baik.. komunikasi via sms dan telfon tetap terjaga.. dan saat berkumpul bersama lagi selalu jadi hal yang kutunggu-tunggu.. bukankah terkadang intensitas lebih penting dibandingkan frekuensi? ah, jadi teringat dengan kata-kata seorang Bunda.. :) *once upon a time in a sparkling nite*

Saat ini..
Uniku sedang bersiap menghadapi episode kehidupan berikutnya... Aku, seperti Mama dan keluarga lain, ikut larut dalam kebahagiaan prosesnya ini.
Aku mulai belajar mengenal sosok dia yang akan mendampingi Uniku. Selalu berdoa.. semoga ini adalah skenario terbaik dariNya untuk Uni dan Uda.. Semoga Uda jadi orang yang bisa membahagiakan Uni.. selamanya..

Hanya saja.. ntah kenapa ada sedikit cemburu pada dia yang akan segera membawa Uni.. Ada sekelumit rasa khawatir.. bahwa aku akan “ditinggalkan”...

Hmmm... sepertinya…. aku mengerti...
Ini semua….
karena aku takut “kehilangan” Uni –tersayang-….

2 comments:

Anonymous said...

hmm... tau ga na? dulu aku juga ngerasain hal yang sama.
dulu aku takut, teta (panggilan buat kakak perempuanku )yg selama ini menjadi tempatku bercerita semuanya, begitupun sebaliknya tidak punya waktu lagi untukku.

aku takut kehilangan moment-moment yang biasa kita lakukan bersama.

betapa kekanak-kanakannya aku. entah, mungkin karena karakter si bungsu begitu melekat pada diriku saat itu.

aku sempat "cemburu" juga dengan si uda. aku yang bersama teta dari aku lahir, "tiba-tiba" seseorang yang baru dikenal 3 atau 4 tahun datang untuk mendampingi teta membangun istana mereka selamanya.

tapi, apa yang ku takutkan tidak pernah terjadi
teta ada saat tangisku hanya ingin didengarkan olehnya
teta selalu ada ketika ku ingin bercerita
meski kita terpisah oleh jarak, sayang dan cintanya selalu ku rasakan

insya Allah na, kita tak kan pernah kehilangan cinta mereka.
karena insya Allah ada bilik-bilik special di hati mereka
untuk kita adik-adik mereka:)

begitu pun kita,
kita punya ruang di dalam hati kita hanya untuk kakak perempuan kita tercinta
ruang yang hanya kita dan mereka yang tau bagaimana memasukinya
ruang yang menyimpan semua hal tentang kita dan mereka ^_^


p.s salam buat uni ya na:) barakallah....
-febi-

Anonymous said...

na, bi pernah ngalamin perasaan yang ona alami sekarang.
dulu waktu kakak perempuan bi akan menikah.
ada semacam ketakutan ketika teta (panggilan bi utk uni)akan berkeluarga.
ada semacam kekhawatiran, apakah kita masih bisa melewati event yang sering kita lakukan bersama..
ada kecemburuan, ketika bi yang sudah bersama teta dari kecil, kemudian seseorang datang untuk membangun istana mereka berdua mengajak teta pergi
ntah,mungkin saat itu karakter si bungsu mendominasi bi.

tapi yang bi takutkan, yang bi khawatirkan tidak terjadi
teta ada disaat tangis bi hanya teta yang boleh mendengarkan
teta ada saat bi ingin berbagi rahasia

bi yakin, di dalam hati orang-orang yang sangat kita sayangi ini tersedia ruang untuk kita
begitupun kita
pasti ada ruang khusus didalam bilik hati kita

ruang yang hanya kita dan uni kita yang tau bagaimana cara memasukinya
ruang tempat semua yang terjadi antara kita dan kakak perempuan yang sangat kita sayangi:)

salam untuk uni ya na:)
febi