Sunday, January 27, 2008

Cerita buat Orang Tua dan Orang Tua-wannabe juga! ^^

Tahun 2005 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor.
Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah.
Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah. Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot.

Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika: "Apa yang kamu inginkan ?" Dika hanya menggeleng. "Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?" tanya saya. "Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat. Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.

Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160. Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.


Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku...." Dika pun menjawab: "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja" Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya. Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati
permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang
memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk
sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu
pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi
ternyata permintaan Dika hanya sederhana: diberi kebebasan bermain
sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.


Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ...." Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu".
Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu.
Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan
oleh kebanyakan orang tua.


Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..." Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya" Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri
kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.


Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak.."
Dika pun menjawab "Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa". Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.


Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....." Dika pun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya.
Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya diingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.


Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang .....", Dika pun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku". Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.


Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ....." Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku". Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.


Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ...." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata "tersenyum". Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan
senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.


Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku
memanggilku. ...
" Dika pun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus" Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki.


Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya.


Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu
karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice" sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan".


Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua
tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orang tua harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat yang baik.

Smile

Smile though your heart is aching

Smile even though it's breaking

When there are clouds in the sky, you'll get by


If you smile through your fear and sorrow

Smile and maybe tomorrow

You'll see the sun come shining through for you


Light up your face with gladness

Hide every trace of sadness

Although a tear may be ever so near


That's the time you must keep on trying

Smile, what's the use of crying?

You'll find that life is still worthwhile

If you just smile





....Dan Ketika

Aku mengerti

Sunday, January 13, 2008

Indah

Kudengar lagi syair itu
Ntah kenapa jadi lebih indah
Mungkin karena hatiku berwarna
Cantik sangat..
Sungguh memikat.. ^^


*Close to YouSusan Wong

Wednesday, January 9, 2008

........

Kehilangan…
Ntah knapa jadi begitu menakutkanku belakangan ini…
Mungkin karena ternyata semua begitu bermakna
Sedang aku baru menyadarinya..

Rindu

Perlahan kuketuk pintu kamarnya
Lama…

Akhirnya
ia keluar

Aku menyongsongnya dengan senyum
Ingin rasanya berlari dan memeluk

Tapi senyumku memucat
Semua kata terangkai, tak satupun terucap
Tenggorokanku tercekat
Rasanya seperti tercekik
Sesak!!!

Ia hanya menatapku dalam diam
Aku tertunduk

Lantas ia berbalik dan menjauh
Sempat kulihat sosoknya yang terasa makin dingin
Pandanganku mengabur
Aku tertunduk makin dalam
Dan…menangis…



Rindu masih bergelayut di langitku
Membuatnya makin hitam
karena belum ada angin yang mampu meniupnya



Thursday, January 3, 2008

Geng 9 jalan-jalan???

Horee… :) :)

Perjalanan yang sangat berkesan.. walopun sayang banget wawan g ikut.. :( Dimulai dengan iwan yg datang ON TIME (percaya g????hehe, piss wan!), trus ona yg plengak-plengok nyariin org, willy yg pusing krn atm-nya lg rusak, terus dateng tj, nyusul cici dan nanda, skalian Bang Uyun yang nyetir mobil yg bakal dipake buat jalan. Nah, tinggal dua orang nih yg belum dateng. Sapa lagi kalo bukan yudi dan ranov. Biasalah….ranov baru bangun, jadi yudi mesti nungguin tu anak mandi dan dandan dulu..hehe. akhirnya keberangkatan yg direncanakan jam 8, baru terealisasi jam setengah 10. Ck..ck..ck..

nah, di jalan kita sempet mampir dulu buat beli makanan, dan hal aneh kembali terjadi..iwan, ranov dan yudi yg lagi nongkrong di luar mobil nungguin kita belanja, diuber ma orang gila..hahaha..nasib..nasib..!! perjalanan pun dilanjutkan..tiba-tiba..tj mulai terlihat memucat dan dia mabok darat!! Haha, Tj..Tj..parah banget sih… dan kembali kita berenti di sekitaran Lembah Anai.. Trus, dengan godaan maut dari anak-anak cowo, akhirnya pemberhentian itu sukses dengan muntahnya Tj..hehehe, dasar tj..mana minjem jaket psiko-ku pula… :)

dan…bukittinggi..im coming… ^^ begitu nyampe, langsung makan dulu di daerah Benteng, trus solat di mesjid raya, poto-poto depan jam gadang, misah buat blanja-blanji, beli es krim dan akhirnya memutuskan utk masuk ke bonbin. Ranov yg ngebet banget loh… asal dibayarin aj bos..hehe.. again..sesi poto-poto..kandang gajah, kandang unta, kandang ayam..semua dijabanin! Welldone..^^ nyebrang ke benteng, duduk-duduk dan..of course..poto-poto lagi… ;p semua ud cape, perut pun ud kenyang, akhirnya kita naik mobil lagi dan bergerak pulang ke arah padang. Mampir di Nitta buat beli oleh-oleh dan jalan lagi..

di jalan pulang, kita cerita-cerita tentang kenangan SMU, tentang Pak Pen dan hafalan alpha, betha-gama, Pak Iwan dan tugas fisika, Bu Yas dan hafalan surat, Pak Chan dan istilah kaos kaki bencong-nya, pak Janer, Bu Dian Sastro (sampe lupa nama aslinya loh!) dan catatan biologi, kenangan di Maninjau, tentang Intan, Awe, Uwo, Bejo, Ibnu, Da Rul, wah..banyak.. walopun cape dan pd ngantuk, semua g berhenti ngomong.. alhamdulillah, perjalanannya meninggalkan kesan sangat indah. Tungguin wisata kuliner berikutnya y teman-teman…^^

--sebuah catatan tengah taun 2007--

MY CLIQUE

Temen-temen, seringkah denger kata “clique”??

Yap,, kalo temen-temen suka difoto, moto orang, fotografi ataupun sekedar poto-poto narsis abis, pastinya tau banget donk dengan kata “clique” (utk mempermudah, mari kita baca klik aj!)!! :)
Eit..tapi, bukan “klik” yg itu loh yg mau kita bahas, tp yg tulisannya “clique” ini! (halah..ribet amat mukodimahnye… heheu)


C..L..I..Q..U..E..
Klik yg ini beda banget artinya sama yg kita bicarain tadi. Kalo kita liat di kamus inggris-indonesia, clique itu tergolong kata benda yang artinya klik (ya iyalah!), kelompok, golongan kecil. Nah, dalam bahasa psikologi, clique ini biasanya ditemukan dalam bahasan perkembangan remaja. Clique artinya kelompok kecil yang terdiri dari dua sampe sekitar 12 orang dengan rata-rata sekitar 5 sampai 6 orang. Anggota clique biasanya terdiri dari jenis kelamin dan usia yang sama. Clique bisa terbentuk karena kesamaan aktivitas, seperti bergabung dengan klub atau tim olahraga tertentu. Namun, beberapa clique bisa terbentuk karena pertemanan. Beberapa remaja membentuk clique karena mereka menghabiskan waktu bersama dan menikmati kebersamaan mereka tersebut. Terkadang walaupun sebelumnya hanya teman biasa, mereka bisa berkembang menjadi sahabat karena bergabung dalam clique yang sama. Lalu, apa yang dilakukan para remaja dalam clique-nya? Mereka bertukar pikiran, jalan bareng, dan seringpula membentuk identitas grup dimana mereka percaya kalo clique-nya lebih baik dibanding clique lainnya (walah..walah..).


Tentang keberadaan clique ini, sebenarnya terdapat pro dan kontra, di antara orang-orang di sekitarku sih.. Katanya clique itu terkesan ekslusif (EMANG!), jadi orang-orangnya ga gaul sama yang lain di luar clique-nya gitu. Well..kalo kata aku sih, pendapat itu ada benernya. Tapi, di sisi lain, merupakan hal yang SANGAT MANUSIAWI jika seseorang lebih seneng berdekatan dengan orang-orang lain yang bisa membuatnya merasa nyaman. Khususnya untuk beberapa orang seperti diriku ini (curhat mode on) yang seringkali merasa terancam kalo berada di antara banyak orang. Clique-lah yang bisa membuatku merasa aman lagi. tapi, ga berarti sama sekali ga gaul sama yang lain juga loh…!! Begitu kalo menurut pendapatku.. :) ada yang beda pendapat…?? Boleh koq.. ^^


Nah, sepanjang kehidupanku, setelah aku pikir-pikir lagi barusan, telah beberapa kali aku gabung dengan beberapa clique yang berbeda..

Waktu SD, aku pernah punya clique yang terdiri atas tiga orang cewe, ada aku, dan dua orang temenku (shinta dan winda). Kenapa ya clique ini bisa terbentuk…? Aku udah g inget lagi. Yg aku inget, tiga cewe lugu ini, ceritanya dulu itu ngefans berat sama AB THREE dan punya hasrat menggebu-gebu buat jadi seperti mereka, hehehe.. kita dulu sempet beberapa kali latihan vokal loh (niat kan!! :).. dan saking ngefans-nya sama AB THREE, kita bertiga hafal mati semua lagu-lagunya.ck..ck..ck..masa muda… ^^ alhamdulillah, sampe saat ini aku masih berhubungan ma winda (karena smp dan smu kita masih bareng), tapi kalo sama shinta udah ga pernah kontak lagi. Shin,, miss u so… (T_T)


SMP..
Hmm..aku beberapa kali ganti temen deket saat SMP. Kelas satu, ber-clique di kelas ma Lingga, Dena n Shinta (another Shinta!) tapi, masih deket ma winda, dan mulai kenal ma Lona. Sayang banget ga bareng shinta (the previous shin!) lagi.. (Shin,,where are u..?:( . Kelas dua, mulai deket ma Olan n Dayu, terus Intan, Rani, Rina dan masih sama Lona juga, siapa lagi ya..hmm..koq lupa… nah, bersama clique ini nih, aku lagi seneng-senengnya maen basket. Rekor terhitam kayanya, hehe.. Ga panas..ga hujan..maen basket terus bareng mereka. Base camp kita dulu di rumahnya Intan, karena sebelahnya lapangan basket. Saat aku dilarang maen basket ma mama, anak-anak inilah yang dengan berani nelfon ke rumah dan minta izinin supaya aku dibolehin maen basket ma mama. Begitulah temen ya.. :) oia, bareng clique ini nih, sering request lagu ke radio trus titip salam buat clique sendiri, hehehe..remaja banget dah!! Nah, di kelas dua itu juga, aku punya another clique. Anggotanya hanya dua, aku dan Eka. Aku punya kenangan ma eka –yg masih berhubungan dg apa yg aku alami sekarang- yg sepertinya ga bakalan aku lupain seumur hidup. Eka adalah sahabat yang aku ceritain dalam postingan Yang Bunuh Diri Disini!!!. Eka rumahnya deket dengan pantai. View-nya sangat indah. Sahabatku yang manis dan sangat baik..hmm..jadi kangen.. Kelas tiga, aku ber-clique ma Pupud n Helsa. Kita sering saling maen ke rumah. Walopun rumahku terjarang, karena paling jauh, hiks.. Clique ini sangat ceria. Kita bertiga banyak jalan-jalan bareng dan makan-makan juga tentunya..hehe


Senior Highschool Time..
Kata orang nih, masa SMU itu masa yang paling g tlupakan! Begitu y?
:) menyenangkan dan luar biasa emang!! Dalam hal perubahan gejolak emosi apalagi…trutama buatku sih, hehe. Nah, clique-ku di SMU ini namanya Geng 9.

-tanpa iwan,wanda-

Emang orangnya ada sembilan (ada Nanda, Cici, Wanda, Taja, Yudi, Iwan, Willy, Ranov n me!). Clique ini agak g biasa karena nyampur, 4 cewe dan 5 cowo. Bermulanya sih dari acara traktiran makan ulang tahun beberapa orang, yg ternyata beberapa kali ngundang orang yang sama, merasa deket, dan terbentuklah Geng 9. Kehadirannya diakui, tepat setelah acara traktiran makan ultahku dan kita foto bareng. KLIK!!..dan Geng 9 pun EKSIS.. :)! dua tahun di kelas yg sama bikin kita sering ngadain acara bareng. Ya makan bareng (tempat kenangan:Baso Bandung, Safari, Shaker Damar, Resto Pak Haji, KFC, masi inget dg kenangannya temen-temen? :), nonton film bareng --kalo ga di rumah Tj, di rumah Nanda, pernah sekali di rumahku-- liat-liat buku di Gramedia (lebih tepatnya bikin rusuh, karena selalu ada tumpukan buku atau barang lain yang jatuh, hehe..). anak-anak geng 9 juga ikut TO STAN bareng, tp seingetku ga ada yg akhirnya lulus semua tes, atau ada? hehe..g inget!! Pernah ngerjain proyek keroyokan “Uda-Uni Smansa”, jalan-jalan ke taplau dengan rasa kwatir takut ditangkap satpol PP krn masi pake seragam, punya siaran radio paporit (RnB yg dibawain ma uwaknya Tj, hehe). “Snek ‘a.. (sambil jawil dagu orang)”, “Ga sopaann..”, “Kantaw mah..”, “…segitu aja?”, “Ngomong apa barusan?..”, “Ih..nana-nya liatan..!!”, “..tu kan..kupingnya merah…”, “eS-Ce..(yg bisa diartikan sekreatifnya masing-masing!)”, “..PERGI LAGI..? (diambil dari kata-kata dalam iklan obat kuat gitu?)”..adalah beberapa di antara kata-kata yg sering kita pake buat saling ngejek..haha, jadi kangen dg kalian semua teman… (n_n) Hmm..apalagi ya.. oya!! Lagu-lagu kenangan: Tentang Seseorang, I Want to Spend.., Wherever You Will Go, When You Say Nothing at All, I Don’t Wanna Miss A Thing, Sebuah Kisah Klasik, Eternity, lagu-lagunya Coklat.. eh, mungkin lebih tepatnya ini lagu-lagu yg ingetin aku dg mereka..^^ barang-barang yang sering beredar di sekitar kita dulu: permen sunkist, teh botol, chitato, kacang borobudur, pop corn, kaset-kaset rekaman andalan (baca:BAJAKAN!), tisu, dan buku PR tentunya!! :) Oh..jgn lupa ma orang-orang yang deket ma kita loh..ada Da Rul, Deddy (Da Eddy –eks sopir Tj :), Papa Oyon, hehe (sopirnya Nanda), dan tentu aj Intan (gebetannya cowo2, haha..) buat d gals, masih ingetkah dg tukang sate sekolahan yang sering kita panggil dengan sapaan Zal ITB?? Hehehe… dan..aku pun makin kangen dg Geng 9-ku… (T_T)


Psikopad..
Lulus di psikologi unpad merupakan sesuatu yang merubah hidupku, insyaAllah ke arah lebih baik! :). Di antara perubahan itu adalah karena aku bertemu dengan banyak orang-orang luar biasa. Aku dekat dengan cukup banyak orang memang.. dan aq ber-clique dengan beberapa orang, atau beberapa kelompok orang. Tapi, kalo tanya ma temen-temen di angkatan 2003, siapa orang-orang yang paling dekat dgku..sebagian besar pasti akan serempak menjawab this clique, i called it MY CLIQUE then!
:)

Pertama yg kukenal dari mereka adalah Hanifa. Dengan jarak NPM hanya dua nomer, aku 106 dan Han 108, masa PMB jadi momen pertama yg bikin kita deket (tau kan, saat ospek, para MABA dibarisin, dikasi tugas, dikelompokin, semuanya berdasarkan NPM). Kesan pertamaku tentang Han adalah “wah..subhanallah..anak ini cantik banget…” (sorry for u, she’s already married now!! :). Kesan keduaku, Han org yg ramah. Tanpa canggung, Han ajak aku ngobrol duluan saat pertama ketemu itu (kayanya sih waktu itu dia basa-basi doank, hehe, tp berkesan baik pdku) kesan ketiga, Han itu suka merayu. Aku inget banget siangnya setelah pertemuan kita yang pertama di pagi hari itu, Han sms dan dia bilang..”ona yang cantik, bole g aku nitip kamu beli….?hehe” aku lupa barang titipannya, yah seputaran keperluan PMB lah. Aku hanya senyum waktu itu sambil mikir..”cantik-cantik koq suka ngerayu..”hehehe. setelah lebih deket seperti sekarang, inilah Han yg aku kenal, yaitu org yg baik, gampang tersentuh, lugas, jalannya cepet, insyaAllah solehah, cerdas, agak panikan, bahasa inggris-nya bagus, rada cuek, keras kepala, seneng nyicip makanan, kalo ngomong sedikit medok Jowo (muka timur tengah tapi berlogat Jawa, hehe) dan suka memanggilku dengan sebutan Jonah!


Kedua yang kukenal adalah Lani. Sebenernya tau dengan seseorang bernama Lani itu sebelum ketemu Han, tp karena masa PMB awal itu jadwalnya per NPM, aku baru ketemu Lani setelah beberapa hari di kosan (ah ya, ceritanya aku dan Lani dulu itu satu kos-kosan). Pertama kali, aku dikasi tau sama ibu kos kalo ada anak psiko 03 juga di wisma dara, anak Jakarta, kata beliau. Aku yg dr kampung ini,(hehe..lebay..!!) langsung mikir..”whaa..anak Jakarta..jangan-jangan yg kaya di sinetron-sinetron gitu. Sombong..songong..suka ngerjain orang…” deelel.. Bayangan buruk tentang anak Jakarta yg “bengis” mulai menghantuiku (Hahaha…ona yg kampring..!!! maaf ya ni.. :). Begitu ketemu…bayangan-bayangan itu langsung drop..drop..drop.. (seperti kata T’Ndy di ceriwis, red)!! Lani itu seorang akhwat yang manis. Kesan paling kuat saat pertama kali ketemu justru adalah kesan solehah-nya (bukan Marshanda, walopun rada mirip! hehe). Alhamdulillah, satu kosannya sama Lani. Ternyata anaknya sangat menyenangkan..jauh dari kesan “bengis” itu, hehehe. Karena satu fakultas, satu angkatan dan satu kosan pula, udah banyak banget yg kita jalani bareng. Belajar bareng, makan bareng, bobo bareng, jalan bareng, belanja bareng, semuanya deh.. udah kaya kembaran aj, kemana-mana selalu bedua :). Akhirnya bisa deket banget sama Lani sampe sekarang. Aku bisa bilang Lani orang yg hangat, penyayang, panikan, kadang peduli banget dg penampilannya, tapi kadang bisa cuek abis, cerdas, suka mengkritisi banyak hal, seneng nonton, suka makan kerupuk (dan ona pun ketularan, hehe), sangat peduli dengan orang-orang terdekatnya, kadang suka males, girly, penyabar, ekspresif, lugu, sering susah bedain kapan orang lain becanda ato serius (dulu sih sering dibilang naif, hehe), baik banget, penuh kejutan (suka punya ide-ide lucu), dan hati-hatilah, dia seperti kucing, suka nempel-nempel.. :)


Ketiga yang kukenal lebih dulu adalah Ucee (Lusi, aku mulai panggil dg sebutan Uci setelah tau kalo orang-orang terdekatnya memanggilnya dg sebutan yang sama, hehe..niru!!). Aku mulai deket ma Uci setelah kita sering ke PAS bareng. Sebagai sesama penggemar anak-anak, kita berdua aktif di PAS. Di perjalanan dari kampus ke PAS bareng itulah kita jadi saling mengenal lebih deket. Yang paling khas dari Uci adalah dandanannya. Celana jins, baju kaos, jaket gombrong, bergo, sepatu keds dan tas ransel gede (kadang dengan tas slempang yg teteup maskulin!!) eh, baru inget ada Neno dan Oche yg gayanya sama juga..hehe. Uci itu tipe orang yang praktis, rapih (kamarnya aj yg kadang agak berantakan, hehe), sistematis, pola kerjanya teratur, cerdas, tapi kadang kalo belum ON mikirnya suka agak lama (kita senasib ci..! :), tipe yg bebas dan g suka terikat, tapi punya batasan-batasan yg dipegang kuat (aku sering kagum liat uci yg konsisten bermanset tangan dan kaos kaki :). Nah, serunya…uci itu seneng bola (PERSIB euy!), suka penasaran (dipancing dikit langsung kepikiran, hehe), kadang suka agak nekat (sepertinya kita semua g akan lupa insiden bersama supir angkot itu kan? :), g banyak omong, hangat, suka nulis, suka baca, sering ketiduran di depan kompienya, kalo lagi serius ngerjain sesuatu sering lupa makan (padahal kalo kita ke rumah Uci, sering banyak makanan loh.. ;p), g bisa liat anak berpipi gembil (hehe..yg ini juga sama dgku! :), seneng naik gunung, pembawaannya bikin aku merasa nyaman cerita apa aj (udah lumayan banyak ceritaku yg kamu tau kan? Heheu..), kalo lagi bete akan sangat diam (ini pun sama!), sering “berantem” kalo deket lani (Itu loh terapinya Lani yg bniat mengurangi tingkat sensitivitas-mu, hehe), seneng dengan pemandangan indah, ramah lingkungan (aktif di WWF gitu) dan pecinta alam sejati deh..!! ^^


nah, yang terakhir kukenal dekat adalah Nunya. Seperti kebanyakan org saat pertemu Nuy, akupun dulu susah bedain antara Nuy dengan Nevi. Tp, itu hanya sebentar koq, karena setelah itu, aku mulai kenal Nuy lebih jauh. Aku lupa apa tepatnya hal yang bikin aku jadi lebih deket ma Nuy. Yang aku tau, pembawaannya yang tenang, cenderung kalem dan keibuan bikin hampir semua orang yang ada di dekatnya merasa nyaman. FYI, di kampus banyak yg manggil nuy dg sebutan Bunda loh.. aku dulu jg sering! :) Walopun setelah kenal deket dan tau aslinya..akan sedikit “amaze” dg ramenya.. waspadalah..waspadalah..!! hehehe… Nuy itu tipe orang yang mengayomi. Curhat ma nunya itu enak, alurnya tenang.. dia bisa bikin kita ngerasa kalo masalah yang kita alami g separah yg kita bayangin juga koq.. Pas banget buat aku yg panikan, heheu.. Pola pikirnya teratur dan sistematis, cerdas, sering mengkritisi banyak hal juga, tidak takut utk menjadi berbeda dg kebanyakan orang, rajin belajarnya.. (keliatannya sih..g tau jg aslinya gimana, hehehe), seneng tidur (sama!!), seneng ngemil (sama banget!! :p), penyuka boneka dan suka ngasi nama-nama lucu, seneng nonton dorama (mungkin ketularan Nuri, hehe), suka Beng-Beng, concern dengan isu-isu umum, wawasannya luas, bisa jd asertif utk banyak hal, tp kadang malah cenderung diam dan apatis, cenderung tertutup, jrg ngomongin sesuatu tanpa ditanya. Banyak hal yang membuat spesial hubunganku dgnya, tp yg paling istimewa adalah aku udah dianggap jadi bagian dari keluarganya Nunya.. ^^


Nah..selese..!! (n_n)
Sebenernya masih banyak kedekatanku dg org lain yg belum tertuang di tulisan ini. Tp, aku ingin menenkankan..baik yang tertulis maupun yg belum tertulis disini,

untuk semua yg pernah menjadi orang terdekatku…
yang menghadirkan banyak indah di hari-hariku
yang mengukirkan banyak senyum dan tawa di kanvas hidupku
yang menjejakkan bahagia di bumiku
semuanya masih mengisi hati ini
menempati ruang-ruang yang berbeda…


Yang perlu kulakukan tinggal duduk diam, menutup mata dan membayangkan, maka aku mampu hadirkan mereka lagi seakan-akan saat ini sedang bersama. Walopun untuk beberapa orang sekarang udah sulit untuk berhubungan lagi, jika seandainya ketemu lagi, mungkin pada awalnya ada canggung, kikuk dan malu yg terlihat pdku, tapi, tetaplah bersama beberapa saat dan kita akan segera menjadi sahabat terdekat lagi.. Seperti lagu lawas itu loh.. kita masih seperti yang dulu.. Halah..!!! ^^

Ona sayang kalian semua karena Allah… (n_n)

Tuesday, January 1, 2008

Jangan Lakukan Apapun!!!

Hari ini aku belajar..bahwa manusia itu seringkali terkekang dengan ketakutan-ketakutannya yang pada tingkat cukup parah bisa membuatnya tidak berani melakukan apa-apa. Jadi teringat sebuah anekdot yang mengatakan…hanya tiga kata yang dibutuhkan oleh setiap orang yang tidak mau gagal dalam hidupnya, yaitu… JANGAN…LAKUKAN…APAPUN…!!!

Nah, bener kan! Kalo takut gagal dan ga mau melakukan kesalahan, ya cara paling amannya adalah ga usah melakukan apa-apa. SO SIMPLE, RIGHT?!. Tapi, sangat ironis dan membuat miris ya.. karena banyak orang, termasuk aku mungkin, telah jadi katak dalam tempurung yang takut meninggalkan zona nyamannya dan tidak bergerak membuat suatu perubahan yang berarti.

Astaghfirullah…